Sabtu, 09 Januari 2016

makalah akhlak terhadap diri sendiri



AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI
TUGAS MAKALAH AKHLAK TASAWUF
Kelompok 12
Dosen Pembimbing:Junaidah,MA
Disusun Oleh:
Nama                           NPM
Iis santika                     1411030092
Yuni Arsih                     1411030137
Lista Aryani                  1411030103
FAK/JUR/SMT/KLS :Tarbiyah Dan Keguruan/MPI/II/B






FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA.2014/2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih detail tentang “Akhlak terhadap diri sendiri”. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun  maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Junaidah,MA yang membantu membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Dengan demikian penyusun mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Bandar Lampung, 09 April 2015
                                                                                                   Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan........................................................................... 1                    
     A.Latar belakang Masalah............................................................. 1
     B.Rumusan Masalah...................................................................... 1
Bab II Pembahasan.......................................................................... 2
A.    Pengertian akhlak terhadap diri sendiri ................................. 2
B.     Macam-macam akhlak seorang muslim ................................. 4
C.     Cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri........................ 10
D.    Manfaat akhlak terhadap diri sendiri...................................... 12
Bab III Penutup................................................................................ 13
A.    Kesimpulan............................................................................. 13
Daftar Pustaka.................................................................................. 14







BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
            Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.
            Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.
            Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri ,semoga dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan dapat menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
B.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud akhlak terhadap diri sendiri?
2.      Bagaimana akhlak terhadap diri sendiri?
3.      Apa saja manfaat terhadap diri sendiri?
C.Tujuan
1.      Supaya kita tahu apa itu akhlak terhadap diri sendiri.
2.      Mengerti bagaimana akhlak yang harus dimiliki terhadap diri sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

       A.      Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab اخلاق bentuk jamak dari mufradnya khuluq خلق yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi  disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing. [1]

Jadi ,Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah[2] sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
        Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut                                            
Dengki, Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahapminyak.”(H.R.AbuDawud).
       Munafiq, Orang  yang mereka ucapkan
ümunafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول االله صلعم. ” أيات المنافقين ثلاث, إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف, وإذا اؤتمن خان
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)

       B.       Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri
          1.      Berakhlak terhadap jasmani
                  a.       Senantiasa Menjaga Kebersihan[3]
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman :

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah:222)

Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108)

             b.      Menjaga Makan dan Minumnya[4]
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :

Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)

              c.       Menjaga Kesehatan[5][4]
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim)
  
d.      Berbusana yang Islami[6][5]
           Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.
Allah SWT berfirman :
  
Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al A’raf:26)

            2.      Berakhlak terhadap Akal[7][6]
               a.    Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan :
 ( مسلم )رواه ابن ماجه طلب العلم فريضة على كل
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

                b.    Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

              c.    Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)

                 d.   Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)

           3.      Berakhlak terhadap jiwa
             a.    Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.[8][7] Allah SWT berfirman :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :[9][8]
1)      Syirik
2)      Kufur
3)      Nifak
4)      Riddah
5)      Fasik
6)      Berzina dan menuduh orang berzina
7)      Membunuh manusia
8)      Bersumpah palsu

                 b.    Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.[10][9]
Firman Allah SWT :
اِنَّ اللهَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)

c.    Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.[11][10]
Firman Allah SWT :

 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

d.   Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)

C.Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain[12] :

1. Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah ,   menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.                          .
2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
4. Shidiq , artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin ,yaitu benar hati ,benar  perkataan dan benar perbuatan.             .                                
5. Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji . ”( HR . Ahmad )                                    .
6. Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya”               .
7. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.
8. Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

D.Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1.      Berakhlak terhadap jasmani
a.       jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
b.      tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
c.       menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2.      Berakhlak terhadap akalnya:
a.       memperoleh banyak ilmu
b.      dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
c.       membantu orang lain
d.      mendapat pahala dari Allah SWT
3.      Berakhlak terhadap jiwa:
a.       selalu dalam lindungan Allah SWT
b.      jauh dari perbuatan yang buruk
c.        selalu ingat kepada Allah SWT














BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
       Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
      Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan sabar, shidiq, tawaduk, syukur, istiqamah, iffah, pemaaf dan amanah.

B.Saran
        Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.















DAFTAR PUSTAKA

            Djatnika,rahmat.1996. Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta: Pustaka Panjimas.
            Faridl,miftah.1997.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung: Pustaka.
            Jabir El Jazairi,Abu bakar.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
            Maulan,rizka, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat : http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 09.04.15.58
            Sikum bang,agung kusuma, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat : http://azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Kamis,09 April 2015jam 12.00 WIB




[1][ [1] ] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), h. 26

2[[2]] http://blog.umy.ac.id/divtaiqbal/2012/11/19/akhlak-terhadap-diri-sendiri/

2[[3] ] Ibid.h.132-133

3[[4]] Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)h.184-187

[5][4] Ibid.h.78-79
[6][5] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), h.129
[7][6]Rikza Maulan, akhlak terhadap diri sendiri.: http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 09.04.15.58
[8][7] Abu Bakar Jabir El Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1993).h.33
[9][8] Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)h.38-48
[10][9] Ibid.h.36
[11][10] Ibid.h.40-41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar